Rabu, 09 Maret 2016

Menulis Yang Tidak Penting Itu Penting - Kawan ! Kurangi Sedikit Aku-mu

www.pinterest.com


Bagi seorang bodoh seperti saya, menulis perlu inspirasi. Terkadang juga menunggu mood. Tidak sewaktu-waktu bisa duduk lalu tik tik tik ngetik dan jadi tulisan. Ya, namanya masih belajar.

Karena tidak sedang punya inspirasi, sedangkan mood menuntut pelampiasan, maka saya putuskan menulis apa saja. Meskipun hal-hal yang (mungkin) tidak penting. Tapi jangan salah, meskipun (mungkin) tidak penting, tapi kegiatan menulis ini bisa menjadi penting. Setidaknya untuk saya. Yup, untuk belajar menulis yang baik dan benar. Maklum, masih bodoh.

Hal yang (mungkin) tidak penting pertama dan yang ingin saya tulis, adalah kelakuan kawan saya beberapa waktu lalu.

Kawan saya ini luar biasa. Disaat yang lain sedang terlelap dalam buaian mimpi, dia sudah bangun. Siap-siap, kemudian jamaah shubuh. Sering dia pula yang melantunkan adzan memanggil umat Allah lainnya untuk bersama-sama melaksanakan ibadah dipagi buta itu. Bukan hanya shubuh, dhuhur, ashar, dan maghrib pun berjamaah. Betapa subhanallah nya kawan saya ini.

Siang, sore, atau menjelang malam, ketika banyak yang terlena dengan asyiknya duniawi, kawan saya ini mengisi waktunya dengan belajar. Hem, sungguh mengharukan dan meluluhkan hati.

Terkadang, jika ada yang kurang bersih dan kurang rapi, kawan saya ini lantas singsingkan lengan dan membersihkan atau membenarkannya. Kami yang justru lebih sering berbuat rusuh ini, sudah seharusnyalah melakukan sungkem dan mengucapkan terima kasih disertai keharuan yang dalam kepada kawan saya ini. Dan sayangnya, hal itu tidak kami lakukan. Cukup mengelus dada saja.

Dibalik segala ke super power-an kawan saya ini, saya rasa ada yang kurang tepat. Yah namanya kita, selalu hanya bisanya memandang yang kurang-kurang saja.

Ketidak tepatan kawan saya ini terletak pada rasa ke-aku-annya. Mentang-mentang baik, mentang-mentang sregep, lantas menganggap yang lain tidak baik. Menganggap yang lain kurang ini dan kurang itu. Lupa bahwa baik dan sregep-nya itu karena ke-Maha Rohman dan Rohimnya Allah. Lupa bahwa yang dipandang dengan sebelah matanya itu ialah juga makhluq Allah yang mengharap surga. Lupa bahwa surga yang diharap-harap itu ialah hanya sekedar makhluq. Bahwa yang sejati dan Maha Sejati adalah Ia yang Maha Mencipta dan tidak pernah fana. Bahwa menjadi baik dan menjadi buruk ialah juga kehendaknya.

Jadi, ayolah kawan, kau bukan apa-apa tanpa-Nya. Kau menjadi baik dan sregep karena welas asihnya. Dan bahwa hidayah mutlak menjadi kuasa Allah. Kita hanya bisa berusaha, tidak lebih.

Terakhir, karena hidayah semata-mata milik Allah seorang, maka kami akan sangat berterima kasih jika kau turut membantu dengan doamu yang sregep jamaah itu, agar dalam setiap tindak dan langkah kami, selalu dibimbing dan dituntun menuju arah yang benar oleh-Nya.

Yogyakarta, 09 Maret 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar